MEMAKSIMALKAN KEMAMPUAN MASYARAKAT
Semua negara pastinya ingin maju dan mendambakan negara yang hebat
dipandangan mata dunia, tidak hanya selalu menjadi negara yang sedang
berkembang saja tapi negara yang benar-benar sudah menerima pengakuan
kemajuannya. Namun banyak negara yang sedang berkembang melupakan faktor-faktor
pendukung untuk mengubah negara yang sedang berkembang menjadi negara yang
maju.
Salah satu tanda negara dikatakan maju apabila
sebanding dengan pendidikan masyarakatnya yang maju pula. Dengan pendidikan
yang maju, maka akan secara langsung berdampak positif pada aspek-aspek yang
lain. Negara maju terkenal yang sering dibahas seperti Amerika Serikat, Inggris
dan Jepang merupakan tiga negara dengan kualitas pendidikan yang maju yang
berdampak pada bidang ekonomi,
diplomasi, teknologi sampai pertahanan membuat mereka seperti negara berkuasa
di dunia.
Bagaimana
dengan Indonesia kita? Sudahkah negara kita yang tercinta ini dalam keadaan
pendidikan yang bisa dikatakan maju? Dalam beberapa poin kita sebanding dengan
mereka. Populasi penduduk, sumber daya alam (SDA) yang melimpah, IQ pun kita
tetap bisa bersaing.
Semua
itu merupakan aset yang sepatutnya menjadi modal untuk bersaing di tingkat
dunia.
Buktinya
adanya siswa yang menang olimpiade tingkat internasional, mahasiswa yang studi
banding ke negara-negara luar.
Tapi,apakah
pendidikan di Indonesia ini sudah dapat dikatakan maju? Ijinkan saya untuk
beropini tentang ini.
Menurut
saya, BELUM.
Mengapa
saya berpendapat ‘belum’ padahal sudah ada yang membawa harum nama Indonesia
ketingkat internasional?
Masalahnya
adalah hanya sebagian kecil saja yang mampu bersaing dan menunjukkan kualitas
dirinya. Banyak masyarakat yang berusia aktif dalam dunia pendidikan yang belum
mengenali dirinya sendiri,belum memahami apa potensi dirinya. Padahal setiap
manusia telah mempunyai potensi untuk dikembangkan, tapi yang ada hanyalah
kurang percaya diri dengan potensinya terlalu takut dengan kemampuannya yang
menurutnya tidak sebanding dengan dirinya. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya
siswa dan mahasiswa yang sudah pintar memplagiat karya orang lain.
Setiap
ditugasi oleh guru/dosen, contohnya membuat makalah,karya ilmiah,karya tulis
bisa diselesaikan dengan 1 jam saja. Terlihat hebat dan menabjukkan namun semua
hasil karya orang lain yang di copy-paste dari internet, diketik ulang langsung
tanpa penambahan/pengurangan apapun dari buku-buku, majalah, bahkan tinggal
beli jadi dari teman atau orang lain yang menjual jasa pembuatan sikripsi
misalnya, dengan memakai cover ‘KARYA : (NAMA SENDRI)’ sudah merasa puas dengan
tugasnya. Inilah salah satu yang membuat
pendidikan negara Indonesia itu yang tidak kondusif.
Padahal
masyarakat yang masih berusia aktif dalam mencapai pendidikan tinggi lah yang
menjadi generasi penerus perkembangan di Indonesia ini.
Kekalahan
kuantitatif antara yang mengenali dan memahami potensi dirinya dengan yang
tidak, membuat negara ini jalan ditempat. Mayoritas generasi Indonesia memiliki
kebiasaan ‘MALAS’ yang akan membuat generasi itu sendiri berkarakter buruk dan
bahkan akan menjadi karakter yang sulit dikendalikan. Malas mengajak otak untuk
bersaing, malas berusaha menyesuaikan perkembangan zaman, malas membaca.
Cenderung primitif, tidak tahu dan memang tidak ingin tahu tentang perkembangan
di era globalisasi. Atau bahkan tau tentang perkembangan globalisasi namun
diarahkan ke negatif , semakin lama akan semakin mengakibatkan kemunduran
negara kita ini (sudah dibahas sebelumnya,bahwa kemajuan pendidikan berdampak
pada berbagai aspek kehidupan).
Kemampuan
seseorang yang tidak tersalur dengan baik membuat keoptimalan untuk
pengembangan diri menjadi sangat menurun, sangat buruk dan lebih parah
lagi menjadikan karakter cenderung
menghancurkan dirinya sendiri.
Dalam
posisi inilah diperlukan peran mahasiswa yang bisa mengubah kebiasan yang buruk
itu. Berawal dari lingkup kecil,banyak yang bisa dikerjakan dan diperhatikan
oleh mahasiswa.
Beberapa
yang bisa dilakukan mahasiswa adalah sebagai berikut :
1. Membiasakan
diri mengikuti berbagai organisasi kampus
Mahasiswa
yang naik level tingkat kata ‘Maha’ dari siswa harus lebih dulu mengoptimalkan
kemampun dirinya di dalam organisasi-organisasi yang positif agar mahasiswa itu
mampu membawa gelar kemahasiswaannya nantinya dalam penerapan berbasis
linngkungan yang nyata.
2. Menumbuhkan
niat membaca
Dalam
poin ini niat membaca yang diperlukan adalah niat membaca yang memang meningkatkan
pengetahuan yang berguna bagi para readers. Maksudnya adalah agar membentuk
karakter yang wellcome bagi masyarakat umumnya.
Saat
niat membaca sudah ada dan kebiasaan malas sudah diminimalis, maka secara tidak
langsung mahasiswa sudah memiliki perbendaharaan bahasa yang lumayan mantap.
Jadi untuk berkarya tulis dan sejenisnya pun sudah tidak tinggal copy-paste
lagi.
Jadi,
dalam lingkup kecil mahasiswa sudah
lebih dahulu mengubah ketidak-seimbangan pendidikan.
3. Meningkatkan rasa sosial saling membantu
Meningkatkan
rasa sosial saling membantu di dalam lingkungan masyarakat, baik masyarakat
kampus atau pun masyarakat sekitar diluar lingkungan kampus. Misalnya membuat
kegiatan penggalangan dana untuk anak-anak yang putus sekolah. Hal ini membantu masyarakat umum diluar
lingkungan pendidikan dapat merasakan indahnya pendidikan dan pastinya saat
pemberian dana itu ada motivasi-motivasi untuk
menumbuhkan minat belajar sehingga tidak berkarakter buruk akibat dari
kata ‘malas’.
Selain
untuk menghilangkan kebiasaan malas, dapat pula membantu pemerintah dalam
pemerataan pendidikan di Indonesia tercinta ini.
Jadi
meningkatan rasa sosial saling membantu ini perlu adanya.
4. Meneliti
perkembangan pendidikan di Indonesia
Mahasiswa
sering disiarkan sedang melakukan demonstrasi, hal ini perlu tapi dalam tanda
kutip ‘sesuai dengan ketentuan dari perundang-undangan di Indonesia ini’. Kepedulian mahasiswa dengan perkembangan
pendidikan di Indonesia ini bisa ditunjukkan dengan meneliti dan mencari solusi
jika ada masalah dalam pendidikan di Indonesia ini.
Meneliti
perkembangan pendidikan di Indonesia ini bisa dilakukan dengan cara memvisitasi
sekolah-sekolah, memperhatikan keseimbangan antara jumlah penduduk yang
harusnya duduk dalam kursi pendidikan dengan jumlah sekolah yang ada di suatu
daerah, mengikuti siaran edukasi, atau yang menyiarkan berita tentang
perkembangan pendidikan di Indonesia ini, dan masih banyak lagi caranya untuk
meneliti perkembangan pendidikan di Indonesia ini.
Jangan
sampai mahasiswa sendiri tidak peduli terhadap apa yang terjadi dalam blantika
pendidikan di Indonesia ini. Sedangkan
mahasiswa mempunyai gelar ‘MAHA’ yang berarti diatas segala yang dimahakan.
5. Menghilangkan
sistem buruk dalam kemahasiswaan
Dalam
hal ini dimaksudkan mahasiswa mampu menjadi dirinya sendiri berkembang positif
dalam lingkungan kampus maupun lingkungan luar kampus. Karena banyak sistem
buruk saat ini sering terjadi . salah satu contonya adalah tentang ‘budaya
ospek yang identik kekasaran’, yang menyebabkan banyak siswa yang tidak ingin
melanjut kuliah karena berita dimana-mana tentang kesewenangan senior yang
terjadi di dalam ospek, sehingga menghasilkan ketakutan yang luar biasa
khusunya bagi kaum wanita dan mereka-mereka yang ingin mengabil jurusan
tertentu.
Karena
tahu ospek di fakultas itu kasar beralih ke fakultas lain yang sebenarnya tidak
diminatinya. Ini tidak akan mengembangkan potensinya.
Tindak
kekerasan yang ada dalam dunia pendidikan menciptakan rasa takut yang
berlebihan, tekanan batin khusunya buat mereka-mereka yang baru merasakan hal
seperti itu.
Jadi,
masih banyak lagi hal-hal yang bisa dilakukan oleh berbagai kalangan khusunya
mahasiswa di dalam mewujudkan pendidikan yang merata,kondusif bagi masyarakat
di Indonesia ini.
Negara
kita ini harus kita bawa menjadi negara yang benar-benar telah menuju pendidikan
yang diakui di mata dunia.
Walaupun
negara kita kecil tapi kita harus bisa membuktikan bahwa negara kita punya
kualitas yang luar biasa dibandingkan dengan negara-negara disekitar kita.
Seperti
yang saya kutip pembicaraan Bapak Anes Baswedan dalam upacara maba unsri
2012/2013 ‘ Indonesia harus bisa’.
Betul!
Indonesia harus mampu menunjukkan jati diri bangsa yang benar-benar bisa
diperhitungkan dalam global ini.
Dimulai
dari diri kita mahasiswa, dan kita mengajak sekitar kita,diluar lingkunga kita
bahkan seluruh Indonesia.
Akhir
kata saya ucapkan terima kasih, mohon maaf atas kesalahan dalam tutur kata
saya dalam opini saya ini. ‘Indonesia Bisa’.
SELAMAT MEMBACA BUAT PARA READERS....fun with me : manati
No comments:
Post a Comment
thxxxxxxx